MADINAH : HOTEL AL-HARAM
Kami sampai di Hotel AL-HARAM jam 11 malam, Hotel ini bintang-4, kalau tidak salah termasuk yang baru di renovasi, sehingga suasananya bersih, modern sesuai standard international. Di depan pintu Masuk Utama dipasang sebuah nampan kuningan ukir besar diatasnya ada semacam guci kuningan ukir yang berpori, didalamya dipasang dupa khas Arab, sehingga wanginya memenuhi Lobby..cantik dan sangat Arab..
Setelah beres beres koper, lalu sholat malam, walaupun sambil duduk saking sudah pegel n capeknya, lalu tidur deh.
Kami tersentak Bangun karena kaget dengar suara Adzan keras banget...rupanya di dalam kamar ini dipasangi speaker yang terhubung ke Masjid Nabawi, sehingga suara Adzan bisa kedengaran langsung.. Adzan apa nih ..Subuh ya??..sambil terkantuk-kantuk, kok rasanya cepet banget ya...masih ngantuuuk...walhasil ke Masjid pun terlambat lah... sambil grudak -gruduk buru buru ke Masjid, ternyata jaraknya sangat dekat, cuma nyebrang jalan sudah langsung memasuki area Ruko yang di depan Masjid .
Subhanallah..Subuh hari itu Hujan turun..nah Hujan kan barang langka di Arab. Karena kami terlambat, akhirnya sholat di halaman, sambil cari cari tenda yang aman dari guyuran hujan. Sambil menunggu hujan Reda, saya dan Ibu saya duduk saja di halaman masjid, menikmati suasana pagi, ketika langit Madinah pelan-pelan mulai terang, garis-garis jingga semburat di langit.Pelan pelan berubah menjadi biru lembut dan burung burung berterbangan di sekitar langit Masjid.
Hal yang paling saya sukai dari masjid Nabawi adalah suasana melankoliknya, tenang dan memudahkan khusyu. Saya juga paling senang duduk di teras masjid Nabawi pada Subuh dan menjelang Maghrib, apalagi kalau payung tenda nya sedang di tutup, kita bisa melihat langit yang luas penuh dengan warna kuning dan jingga ke emasan , mengitari masjid. (Beda dengan di Makkah, Masjidil Haram, suasananya sangat Dynamic dan bersemangat)
Tahun '98 ketika saya datang ke sini, belum banyak hotel tinggi mengitari Masjid, dan belum terpasang payung tenda, sehingga halaman Masjid sangat OPEN, langit terlihat begitu luas dan cerah, selesai sholat maghrib, saya dan keluarga saat itu duduk saja lesehan di teras, sambil minum teh panas dan roti, menikmati indahnya semburat matahari senja, aneka cahaya emas dan jingga melingkupi kubah dan menara menara Masjid, burung burung sibuk berterbangan dan ramai sahut-sahutan. ..Syahdu sekali..Sayang saat ini keindahan itu sudah nyaris hilang, tertutup gedung tinggi dan jejeran tenda.
Menjelang jam 6 pagi saya dan ibu saya bergegas kembali ke Hotel, untuk mandi dan sarapan. karena jam 7 pagi sudah harus kumpul di lobby untuk bersama-sama mengunjungi Raudah dan Ziarah makam Rasullullah S.A.W.
Jam 7 pagi di Lobby Hotel, sudah menunggu pemandu kami, seorang wanita Indonesia yang sudah mukim di Madinah sekitar 4 tahun, ikut suaminya. Suaminya menjadi pembimbing jamaah Umrah mewakili travel kami, sedangkan dia pemandu jamaah wanita. Ada juga seorang wanita yang memakai cadar dan jubah ala wanita Saudi, saya kira orang arab karena pakaian dan cara bicaranya dalam bahasa arab, eh...ternyata orang kita Indonesia dari Jawa Timur, sudah 12 tahun mukim di Madinah, dan bekerja selain sebagai pegawai Masjid Nabawi juga pemandu jamaah dari Malaysia dan Indonesia. Saya pun ngobrol lah tentang kesannya di negri orang..Menurutnya dia senang tinggal di Madinah, karena iklim pergaulan yang Islami sangat baik untuk pendidikan dan ahlak anak-anak nya, sehingga lebih mudah untuk proteksi anak dari aneka tayangan kekerasan dan pornografi. Selain tentu saja bisa mengabdi sebagai staff di Masjid Nabawi adalah berkah yang besar.
RAUDHAH : ZIARAH KE MAKAM NABI DAN RAUDHAH.
Karena ibu saya pakai kursi Roda, maka oleh asykar saya dan ibu tidak boleh ikut gabung dengan pemandu dan teman-teman lainnya, repotnya ni askar gak bisa bahasa Ingris juga, bisanya nunjuk-nunjuk ke satu arah, lalu saya perhatikan..ooh..ternyata disana sudah berbaris jamaah dengan kursi roda, antriannya lumayan panjang, karena hanya 1 jalur. Maka sayapun bergabunglah dengan antrian tersebut, walaupun ibu saya khawatir karena kami tidak ditemani pemandu, "Nanti kita kesasar.." .."Ya sudah..Bismillah aja Mi, kan sudah beberapa kali Umrah, paling gak beda sama yang dulu lah caranya.." kata saya.. (tentang antrian di area Kursi roda ini bisa di baca di artikel saya sebelumnya)..pada Artikel yang ini, saya ingin cerita pengalaman antri ke Raudhah pada jalur Normal"...
Setelah selesai mengantar Ibu saya sholat di Raudah, saya pun minta ijin ibu untuk pergi lagi sendiri saja ke Raudhah, Ibu saya menunggu di suattu tempat. Sekali ini saya benar2 sendiri, karena rombongan saya sudah selesai duluan. Alhamdulillah nya di masjid ini banyak TKW Indonesia yang bisa ditanyai, mereka bekerja dibagian distribusi Zam-Zam, dan kebersihan Masjid, mereka memakai seragam coklat muda..Umumnya dari Jawa Barat.
- Di masjidil Haram dan masjid Nabawi, hampir seluruh karyawan wanita adalah dari Indonesia , Umumnya Jawa Barat, jumlah mereka di Masjidil Haram saja ada sekitar 250 orang, dengan gaji sekitar 750 Riyal sebulan.-
Saya bertanya pada mereka jalan menuju Raudhah.. "itu lho buu.."..eh rupanya tdk jauh di depan saya..tapi kok..isinya orang orang pada duduk dengarin ceramah ??? Saya mendekat ragu ragu ke kelompok itu...rupanya akses menuju Raudha itu dibagi dalam antrian beberapa gelombang, berdasarkan negara jamaah..nah sambil menunggu antrian, para jamaah di suruh duduk dan mendengar ceramah, penceramahnya pun dari masing masing negara..Jamaah Indonesia seperti biasa paling banyak jumlahnya, seorang ustadzah bercadar sedang ceramah dalam bahasa Indonesia yg fasih, sepertinya orang Indonesia yg mukim di Madinah dan sdh direkrut jadi pengelola Masjid Nabawi.
Disebelah rombongan Indonesia, duduk juga rombongan dari Iran, lalu dari Turki, dan negara lain. sambil mendengar ceramah ustadzah masing masing .
OOH..rupanya untuk ke Raudhah gak bisa langsung tancap gas bablas gitu aja, ada ruang tunggu -1 ( kita duduk sambil dengar ceramah) , lalu kira kira 15-20 menit baru kita di persilahkan masuk ke ruang tunggu -2 : disini kita bisa duduk dzikir atau sholat sunnah, sambil tunggu jatah gelombang kita (berdasarkan negara asal jamaah) , kira kira 10 menit boleh masuk ke Ruang Raudhah yang diberi pembatas kain.
Tiba giliran antrian jamaah Indonesia, para pembimbingnya sibuk "menggelandang" jamaah masing masing, pegangan ya bu...jangan saling dorong, tetap dalam kelompok, jangan terpisah..nanti baca doa ini..itu, yang namanya Raudha adalah yg ini..itu, begitu kira kira sibuknya para pembimbing ngurusin para ibu ibu yg aneka tipe..ada yg nurutan..ada yang ketakutan, pegangan erat erat sama temannya,. ada yg gak sabaran mau nya main nyalip aja, ada yg ha ha hi hi mentertawakan situasi ini, ada juga yg badannya gede (kaya saya) dengan pedenya tegak gak bergeming jaga jalur..he he...jadi ingat suasana empet empetan bagi jatah dana keluarga miskin yang di TV itu...rada mirip neh....
Belum lagi teriakan teriakan pembimbing jamaah negara lain yg berantem sama asykar karena ngotot mau ikutan masuk ke Raudhah padahal belum giliran waktunya, belum lagi pembimbing Indonesia yg mungil mungil badannya , tapi astagaa...suaranya makk..bisa keras dan galak ketika adu debat dengan asykar atau pembimbing negara lain, karena jalur jamahnya di serobot negara lain...awalnya saya heran..kok gini amat sih..segitu perjuangannya????...tapi setelah masuk ke dalam ruang Raudhah, sayapun mengertilah, ruangan untuk wanita tidak se lapang ruang untuk pria, mungkin hanya 4 x 7 m, sementara ratusan orang antri diluar, nah..yang di dalam pada kepingin berlama lama, gak mau dijatah waktu, ada yg masih ingin tadarusan di depan makam Rasul, ada yg doa sambil cucur air mata dan belum puas kali "melapor" sama Allah nya, ada yang sujud gak bangun bangun sambil senguk senguk, (saya nyaris tersandung dan menimpa jamah yg sujud, sungguh bahaya, di saat suasana padat , yg sujud jadi tidak kelihatan) ..jadilah para asykar harus galak, memaksa jamah yg sdh habis waktunya agar keluar , dan menahan jamah di luar agar tertib tidak saling serobot.
Para Pembimbing Indonesia yg mungil badannya ini (jika dibanding jamaah negara lain yang guede-bongsor) ternyata tidak kalah strugglenya, " Disini bu...sholat disini, cepat cepat, bikin shaff, yang dibelakang bikin pagar betis , jaga yg lagi sholat, lalu segera gantian ya.."...Alhamdulillah, saya bisa sholat pas di depan, dan langsung tenggelam dalam sholat yg haru..tiba tiba saja keributan, dorong dorong an dan sikut sikutan di sekitar saya seakan menjauh -teredam..Saya tidak berlama lama berdoa, kasih kesempatan yang lain untuk ambil tempat sholat saya dan langsung minggir cari tempat yg agak tenang untuk lanjut berdoa dan dzikir. Meskipun ada Hadist yg menyatakan tempat paling maqbul doa adalah di depan Raudhah, tapi saya percaya, dalam situasi seperti ini justru kelapangan hati untuk berbagi tempat dan kesempatan kepada sesama saudara kita Muslim, juga InsyaAllah akan di ridhai Allah, daripada sikut sikutan dan saling dorong atau ngotot menguasai satu tempat berlama lama.
TERIAKAN vs MENGHORMATI RASULULLAH...
Suasana teriak teriak, adu mulut, saling rebut dan sikut di depan (Makam) Rasulullah SAW itu sangat merisaukan dan memprihatinkan saya...
Saya jadi ingat 25 tahun lalu saya HAJI , saat itu saya masih muda usia 20 an (sekarang juga masih muda ..he he), waktu itu suasana di Raudhah tidak lah se riuh rendah ini...jatah jamaah wanita untuk ke Raudhah adalah waktu Dhuha..saat itu saya masuk ke Raudhah yg sepenuhnya hanya untuk jamah wanita, jadi tidak sesak dan sempit seperti sekarang ini. Kita bisa lihat Makam Rasullah SAW dan para Shahabat dengan bebas tanpa di batasi tabir, tidak pakai desak desakan, tidak ada keributan dan teriakan teriakan asykar. Mau sholat dimana saja hayuu...mau duduk berlama lama di depan Raudhah pun hayuuu..
Saat itu masih pagi, jadi masih sepi di depan Makam Rasulullah SAW, hanya ada belasan jamaah wanita disana, saya pun masuklah dengan santai sambil melihat lihat interior masjid yang indah, mengagumi plafond kubahnya yg bisa bergeser tanpa suara menguindang masuknya udara segar pagi...lalu dengan rasa ingin tahu saya berjalan mendekati pagar besi yg melingkupi Makam Rasulullah SAW dan para shahabat, mengintip intip dari celah pagarnya ke dalam ruangan sambil mikir mikir "kayak apa sih Makam Rasululullah??"..."ooh..kayak gini tho ternyata.."....puas celingukan dan lihat lihat ..saya pun duduklah istirahat sambil dzikir, sambil mikir mikir "Rasulullah itu seperti apa ya?? Pingin deh bertemu Rasulullah"....sambil juga pikiran melayang entah kemana mana...susana di ruangan itu tentram, sepi dan lembut...tidak lama masuklah seorang Pak tua yang sudah agak bungkuk dan rambutnya memutih, menggiring jamah ibu ibu dari Pakistan (sepertinya) ...sesuatu di wajah kakek itu menarik perhatian saya...wajahnya seperti selalu tersenyum, sorot matanya sangat teduh, sabar, dan begitu merendahkan diri, terlihat sedikit terharu, dan..entahlah..saya baru sekali ini rasanya mel;ihat orang yg wajahnya begitu arif dan menggugah hati.. bahkan wajah para ustad yg banyak saya temui rasanya belum ada yg sedemikian tawadhu nya...
Pak tua itu berjalan dengan penuh hormat memasuki ruangan, bahasa tubuhnya begitu rendah hati seakan beliau sedang berdiri di depan seorang raja...lalu dia mengatur duduk para jamah ibu ibu itu, dan mulailah mereka melantunkan Barzanji (syair puji pujian untuk Rasulullah SAW) ...saya terus amati dengan heran..saya belum pernah dengar Barzanji sebelumnya..yang paling aneh adalah pak tua itu selalu mengontrol suara Barzanji ibu ibu itu agar tetap pelaaan..sangat pelan malah...lembut dan syahdu..ketika mereka agak semangat dikit sehingga suaranya mengeras, dengan tergopoh gopoh beliau menggerakkan isyarat tangan "turunkan volume suara"...kira kira begitu maksudnya..para ibu ibu itu pun patuh...sehingga Barzanjinya sangaaat syahdu., bakan nyaris seperti berbisik.. Aneh...saya berpikir pikir...ini aliran apaan ya???....Tiba tiba seperti ada jawaban yang menyambar masuk ke kepala saya " ITU KARENA MEREKA SEDANG BERHADAPAN DENGAN RASULULLAH"....Astaghfirullah..saya tersentak...Astaghfirullah.. saya gemetar, .terbayang tadi cara saya masuk ke ruangan ini, dengan pongahnya ...seperti turis yang asyik melihat lukisan...celingak celinguk, intip sana sisi ke pagar Makam Rasulullah..hiiii.... seakan akan itu ruangan KOSONG, tidak ada siapa siapa, terbayang tadi saya se enaknya memunggungi dan membelakangi makam Rasulullah..alangkah sombongnya saya...langsung saya menangis sejadi jadinya...bagaimana bisa saya begitu bodohnya..tentu saja disini "ada" Rasulullah.bukan sekedar MAKAM....bukankah dalam Al Quran dikatakan "sesungguhnya orang yang berjuang dijalan Allah itu tidaklah Mati?...Rasanya maluuuu setengah mati...malu pada Allah, Pada Rasulullah, pada Shahabat Rasul yang juga dimakamkan di sebelahnya.
Pantaslah pak tua itu sedemikian hormatnya , bahkan tidak berani mengeraskan suaranya, bicara pun bisik bisik, bahkan arah jalannya pun dia atur sepertinya agar tidak memunggungi Makam Rasulullah....Saya juga ingat ada Ayat yang memerintahkan kita AGAR MERENDAHKAN SUARA SAAT BERHADAPAN DENGAN RASULULLAH...dan Pak tua itu paham betul makna ayat ayat itu..Subhanallah...Jelas beliau sangat cinta Rasul..bukan seperti saya yang "cinta Rasul" nya cuma di komat kamit doang...
Sungguh suatu pelajaran yang berharga..rasanya seperti di "jitak" sama Allah.- skak matt- ..atas ke "songong an " saya...dan saat itu pun saya pahamlah..seperti apa orang orang yang Cinta Rasul..kira kira seperti pak Tua itulah sikapnya..
so..kehebohan para asykar yang teriak teriak dan marah marah , para pembimbing yang bertengkar, para ibu yang rebut rebutan dan sikut sikutan..bagi saya sangatlah menyedihkan...sadarkah kita sedang berada di depan Rasulullah???... Wallahualam Bissawab.
Kami sampai di Hotel AL-HARAM jam 11 malam, Hotel ini bintang-4, kalau tidak salah termasuk yang baru di renovasi, sehingga suasananya bersih, modern sesuai standard international. Di depan pintu Masuk Utama dipasang sebuah nampan kuningan ukir besar diatasnya ada semacam guci kuningan ukir yang berpori, didalamya dipasang dupa khas Arab, sehingga wanginya memenuhi Lobby..cantik dan sangat Arab..
Setelah beres beres koper, lalu sholat malam, walaupun sambil duduk saking sudah pegel n capeknya, lalu tidur deh.
Kami tersentak Bangun karena kaget dengar suara Adzan keras banget...rupanya di dalam kamar ini dipasangi speaker yang terhubung ke Masjid Nabawi, sehingga suara Adzan bisa kedengaran langsung.. Adzan apa nih ..Subuh ya??..sambil terkantuk-kantuk, kok rasanya cepet banget ya...masih ngantuuuk...walhasil ke Masjid pun terlambat lah... sambil grudak -gruduk buru buru ke Masjid, ternyata jaraknya sangat dekat, cuma nyebrang jalan sudah langsung memasuki area Ruko yang di depan Masjid .
Subhanallah..Subuh hari itu Hujan turun..nah Hujan kan barang langka di Arab. Karena kami terlambat, akhirnya sholat di halaman, sambil cari cari tenda yang aman dari guyuran hujan. Sambil menunggu hujan Reda, saya dan Ibu saya duduk saja di halaman masjid, menikmati suasana pagi, ketika langit Madinah pelan-pelan mulai terang, garis-garis jingga semburat di langit.Pelan pelan berubah menjadi biru lembut dan burung burung berterbangan di sekitar langit Masjid.
Hal yang paling saya sukai dari masjid Nabawi adalah suasana melankoliknya, tenang dan memudahkan khusyu. Saya juga paling senang duduk di teras masjid Nabawi pada Subuh dan menjelang Maghrib, apalagi kalau payung tenda nya sedang di tutup, kita bisa melihat langit yang luas penuh dengan warna kuning dan jingga ke emasan , mengitari masjid. (Beda dengan di Makkah, Masjidil Haram, suasananya sangat Dynamic dan bersemangat)
Tahun '98 ketika saya datang ke sini, belum banyak hotel tinggi mengitari Masjid, dan belum terpasang payung tenda, sehingga halaman Masjid sangat OPEN, langit terlihat begitu luas dan cerah, selesai sholat maghrib, saya dan keluarga saat itu duduk saja lesehan di teras, sambil minum teh panas dan roti, menikmati indahnya semburat matahari senja, aneka cahaya emas dan jingga melingkupi kubah dan menara menara Masjid, burung burung sibuk berterbangan dan ramai sahut-sahutan. ..Syahdu sekali..Sayang saat ini keindahan itu sudah nyaris hilang, tertutup gedung tinggi dan jejeran tenda.
Menjelang jam 6 pagi saya dan ibu saya bergegas kembali ke Hotel, untuk mandi dan sarapan. karena jam 7 pagi sudah harus kumpul di lobby untuk bersama-sama mengunjungi Raudah dan Ziarah makam Rasullullah S.A.W.
Jam 7 pagi di Lobby Hotel, sudah menunggu pemandu kami, seorang wanita Indonesia yang sudah mukim di Madinah sekitar 4 tahun, ikut suaminya. Suaminya menjadi pembimbing jamaah Umrah mewakili travel kami, sedangkan dia pemandu jamaah wanita. Ada juga seorang wanita yang memakai cadar dan jubah ala wanita Saudi, saya kira orang arab karena pakaian dan cara bicaranya dalam bahasa arab, eh...ternyata orang kita Indonesia dari Jawa Timur, sudah 12 tahun mukim di Madinah, dan bekerja selain sebagai pegawai Masjid Nabawi juga pemandu jamaah dari Malaysia dan Indonesia. Saya pun ngobrol lah tentang kesannya di negri orang..Menurutnya dia senang tinggal di Madinah, karena iklim pergaulan yang Islami sangat baik untuk pendidikan dan ahlak anak-anak nya, sehingga lebih mudah untuk proteksi anak dari aneka tayangan kekerasan dan pornografi. Selain tentu saja bisa mengabdi sebagai staff di Masjid Nabawi adalah berkah yang besar.
RAUDHAH : ZIARAH KE MAKAM NABI DAN RAUDHAH.
Karena ibu saya pakai kursi Roda, maka oleh asykar saya dan ibu tidak boleh ikut gabung dengan pemandu dan teman-teman lainnya, repotnya ni askar gak bisa bahasa Ingris juga, bisanya nunjuk-nunjuk ke satu arah, lalu saya perhatikan..ooh..ternyata disana sudah berbaris jamaah dengan kursi roda, antriannya lumayan panjang, karena hanya 1 jalur. Maka sayapun bergabunglah dengan antrian tersebut, walaupun ibu saya khawatir karena kami tidak ditemani pemandu, "Nanti kita kesasar.." .."Ya sudah..Bismillah aja Mi, kan sudah beberapa kali Umrah, paling gak beda sama yang dulu lah caranya.." kata saya.. (tentang antrian di area Kursi roda ini bisa di baca di artikel saya sebelumnya)..pada Artikel yang ini, saya ingin cerita pengalaman antri ke Raudhah pada jalur Normal"...
Setelah selesai mengantar Ibu saya sholat di Raudah, saya pun minta ijin ibu untuk pergi lagi sendiri saja ke Raudhah, Ibu saya menunggu di suattu tempat. Sekali ini saya benar2 sendiri, karena rombongan saya sudah selesai duluan. Alhamdulillah nya di masjid ini banyak TKW Indonesia yang bisa ditanyai, mereka bekerja dibagian distribusi Zam-Zam, dan kebersihan Masjid, mereka memakai seragam coklat muda..Umumnya dari Jawa Barat.
- Di masjidil Haram dan masjid Nabawi, hampir seluruh karyawan wanita adalah dari Indonesia , Umumnya Jawa Barat, jumlah mereka di Masjidil Haram saja ada sekitar 250 orang, dengan gaji sekitar 750 Riyal sebulan.-
Saya bertanya pada mereka jalan menuju Raudhah.. "itu lho buu.."..eh rupanya tdk jauh di depan saya..tapi kok..isinya orang orang pada duduk dengarin ceramah ??? Saya mendekat ragu ragu ke kelompok itu...rupanya akses menuju Raudha itu dibagi dalam antrian beberapa gelombang, berdasarkan negara jamaah..nah sambil menunggu antrian, para jamaah di suruh duduk dan mendengar ceramah, penceramahnya pun dari masing masing negara..Jamaah Indonesia seperti biasa paling banyak jumlahnya, seorang ustadzah bercadar sedang ceramah dalam bahasa Indonesia yg fasih, sepertinya orang Indonesia yg mukim di Madinah dan sdh direkrut jadi pengelola Masjid Nabawi.
Disebelah rombongan Indonesia, duduk juga rombongan dari Iran, lalu dari Turki, dan negara lain. sambil mendengar ceramah ustadzah masing masing .
OOH..rupanya untuk ke Raudhah gak bisa langsung tancap gas bablas gitu aja, ada ruang tunggu -1 ( kita duduk sambil dengar ceramah) , lalu kira kira 15-20 menit baru kita di persilahkan masuk ke ruang tunggu -2 : disini kita bisa duduk dzikir atau sholat sunnah, sambil tunggu jatah gelombang kita (berdasarkan negara asal jamaah) , kira kira 10 menit boleh masuk ke Ruang Raudhah yang diberi pembatas kain.
Tiba giliran antrian jamaah Indonesia, para pembimbingnya sibuk "menggelandang" jamaah masing masing, pegangan ya bu...jangan saling dorong, tetap dalam kelompok, jangan terpisah..nanti baca doa ini..itu, yang namanya Raudha adalah yg ini..itu, begitu kira kira sibuknya para pembimbing ngurusin para ibu ibu yg aneka tipe..ada yg nurutan..ada yang ketakutan, pegangan erat erat sama temannya,. ada yg gak sabaran mau nya main nyalip aja, ada yg ha ha hi hi mentertawakan situasi ini, ada juga yg badannya gede (kaya saya) dengan pedenya tegak gak bergeming jaga jalur..he he...jadi ingat suasana empet empetan bagi jatah dana keluarga miskin yang di TV itu...rada mirip neh....
Belum lagi teriakan teriakan pembimbing jamaah negara lain yg berantem sama asykar karena ngotot mau ikutan masuk ke Raudhah padahal belum giliran waktunya, belum lagi pembimbing Indonesia yg mungil mungil badannya , tapi astagaa...suaranya makk..bisa keras dan galak ketika adu debat dengan asykar atau pembimbing negara lain, karena jalur jamahnya di serobot negara lain...awalnya saya heran..kok gini amat sih..segitu perjuangannya????...tapi setelah masuk ke dalam ruang Raudhah, sayapun mengertilah, ruangan untuk wanita tidak se lapang ruang untuk pria, mungkin hanya 4 x 7 m, sementara ratusan orang antri diluar, nah..yang di dalam pada kepingin berlama lama, gak mau dijatah waktu, ada yg masih ingin tadarusan di depan makam Rasul, ada yg doa sambil cucur air mata dan belum puas kali "melapor" sama Allah nya, ada yang sujud gak bangun bangun sambil senguk senguk, (saya nyaris tersandung dan menimpa jamah yg sujud, sungguh bahaya, di saat suasana padat , yg sujud jadi tidak kelihatan) ..jadilah para asykar harus galak, memaksa jamah yg sdh habis waktunya agar keluar , dan menahan jamah di luar agar tertib tidak saling serobot.
Para Pembimbing Indonesia yg mungil badannya ini (jika dibanding jamaah negara lain yang guede-bongsor) ternyata tidak kalah strugglenya, " Disini bu...sholat disini, cepat cepat, bikin shaff, yang dibelakang bikin pagar betis , jaga yg lagi sholat, lalu segera gantian ya.."...Alhamdulillah, saya bisa sholat pas di depan, dan langsung tenggelam dalam sholat yg haru..tiba tiba saja keributan, dorong dorong an dan sikut sikutan di sekitar saya seakan menjauh -teredam..Saya tidak berlama lama berdoa, kasih kesempatan yang lain untuk ambil tempat sholat saya dan langsung minggir cari tempat yg agak tenang untuk lanjut berdoa dan dzikir. Meskipun ada Hadist yg menyatakan tempat paling maqbul doa adalah di depan Raudhah, tapi saya percaya, dalam situasi seperti ini justru kelapangan hati untuk berbagi tempat dan kesempatan kepada sesama saudara kita Muslim, juga InsyaAllah akan di ridhai Allah, daripada sikut sikutan dan saling dorong atau ngotot menguasai satu tempat berlama lama.
TERIAKAN vs MENGHORMATI RASULULLAH...
Suasana teriak teriak, adu mulut, saling rebut dan sikut di depan (Makam) Rasulullah SAW itu sangat merisaukan dan memprihatinkan saya...
Saya jadi ingat 25 tahun lalu saya HAJI , saat itu saya masih muda usia 20 an (sekarang juga masih muda ..he he), waktu itu suasana di Raudhah tidak lah se riuh rendah ini...jatah jamaah wanita untuk ke Raudhah adalah waktu Dhuha..saat itu saya masuk ke Raudhah yg sepenuhnya hanya untuk jamah wanita, jadi tidak sesak dan sempit seperti sekarang ini. Kita bisa lihat Makam Rasullah SAW dan para Shahabat dengan bebas tanpa di batasi tabir, tidak pakai desak desakan, tidak ada keributan dan teriakan teriakan asykar. Mau sholat dimana saja hayuu...mau duduk berlama lama di depan Raudhah pun hayuuu..
Saat itu masih pagi, jadi masih sepi di depan Makam Rasulullah SAW, hanya ada belasan jamaah wanita disana, saya pun masuklah dengan santai sambil melihat lihat interior masjid yang indah, mengagumi plafond kubahnya yg bisa bergeser tanpa suara menguindang masuknya udara segar pagi...lalu dengan rasa ingin tahu saya berjalan mendekati pagar besi yg melingkupi Makam Rasulullah SAW dan para shahabat, mengintip intip dari celah pagarnya ke dalam ruangan sambil mikir mikir "kayak apa sih Makam Rasululullah??"..."ooh..kayak gini tho ternyata.."....puas celingukan dan lihat lihat ..saya pun duduklah istirahat sambil dzikir, sambil mikir mikir "Rasulullah itu seperti apa ya?? Pingin deh bertemu Rasulullah"....sambil juga pikiran melayang entah kemana mana...susana di ruangan itu tentram, sepi dan lembut...tidak lama masuklah seorang Pak tua yang sudah agak bungkuk dan rambutnya memutih, menggiring jamah ibu ibu dari Pakistan (sepertinya) ...sesuatu di wajah kakek itu menarik perhatian saya...wajahnya seperti selalu tersenyum, sorot matanya sangat teduh, sabar, dan begitu merendahkan diri, terlihat sedikit terharu, dan..entahlah..saya baru sekali ini rasanya mel;ihat orang yg wajahnya begitu arif dan menggugah hati.. bahkan wajah para ustad yg banyak saya temui rasanya belum ada yg sedemikian tawadhu nya...
Pak tua itu berjalan dengan penuh hormat memasuki ruangan, bahasa tubuhnya begitu rendah hati seakan beliau sedang berdiri di depan seorang raja...lalu dia mengatur duduk para jamah ibu ibu itu, dan mulailah mereka melantunkan Barzanji (syair puji pujian untuk Rasulullah SAW) ...saya terus amati dengan heran..saya belum pernah dengar Barzanji sebelumnya..yang paling aneh adalah pak tua itu selalu mengontrol suara Barzanji ibu ibu itu agar tetap pelaaan..sangat pelan malah...lembut dan syahdu..ketika mereka agak semangat dikit sehingga suaranya mengeras, dengan tergopoh gopoh beliau menggerakkan isyarat tangan "turunkan volume suara"...kira kira begitu maksudnya..para ibu ibu itu pun patuh...sehingga Barzanjinya sangaaat syahdu., bakan nyaris seperti berbisik.. Aneh...saya berpikir pikir...ini aliran apaan ya???....Tiba tiba seperti ada jawaban yang menyambar masuk ke kepala saya " ITU KARENA MEREKA SEDANG BERHADAPAN DENGAN RASULULLAH"....Astaghfirullah..saya tersentak...Astaghfirullah.. saya gemetar, .terbayang tadi cara saya masuk ke ruangan ini, dengan pongahnya ...seperti turis yang asyik melihat lukisan...celingak celinguk, intip sana sisi ke pagar Makam Rasulullah..hiiii.... seakan akan itu ruangan KOSONG, tidak ada siapa siapa, terbayang tadi saya se enaknya memunggungi dan membelakangi makam Rasulullah..alangkah sombongnya saya...langsung saya menangis sejadi jadinya...bagaimana bisa saya begitu bodohnya..tentu saja disini "ada" Rasulullah.bukan sekedar MAKAM....bukankah dalam Al Quran dikatakan "sesungguhnya orang yang berjuang dijalan Allah itu tidaklah Mati?...Rasanya maluuuu setengah mati...malu pada Allah, Pada Rasulullah, pada Shahabat Rasul yang juga dimakamkan di sebelahnya.
Pantaslah pak tua itu sedemikian hormatnya , bahkan tidak berani mengeraskan suaranya, bicara pun bisik bisik, bahkan arah jalannya pun dia atur sepertinya agar tidak memunggungi Makam Rasulullah....Saya juga ingat ada Ayat yang memerintahkan kita AGAR MERENDAHKAN SUARA SAAT BERHADAPAN DENGAN RASULULLAH...dan Pak tua itu paham betul makna ayat ayat itu..Subhanallah...Jelas beliau sangat cinta Rasul..bukan seperti saya yang "cinta Rasul" nya cuma di komat kamit doang...
Sungguh suatu pelajaran yang berharga..rasanya seperti di "jitak" sama Allah.- skak matt- ..atas ke "songong an " saya...dan saat itu pun saya pahamlah..seperti apa orang orang yang Cinta Rasul..kira kira seperti pak Tua itulah sikapnya..
so..kehebohan para asykar yang teriak teriak dan marah marah , para pembimbing yang bertengkar, para ibu yang rebut rebutan dan sikut sikutan..bagi saya sangatlah menyedihkan...sadarkah kita sedang berada di depan Rasulullah???... Wallahualam Bissawab.