Monday, September 22, 2014

DAY 2-4 : MADINAH

MADINAH : HOTEL AL-HARAM

Kami sampai di Hotel AL-HARAM jam 11 malam, Hotel ini bintang-4, kalau tidak salah termasuk yang baru di renovasi, sehingga suasananya bersih, modern sesuai standard international. Di depan pintu Masuk Utama dipasang sebuah nampan kuningan ukir besar diatasnya ada semacam guci kuningan ukir yang berpori, didalamya dipasang dupa khas Arab, sehingga wanginya memenuhi Lobby..cantik dan sangat Arab..

 Setelah beres beres koper, lalu sholat malam, walaupun sambil duduk saking sudah pegel n capeknya, lalu tidur deh. 
Kami tersentak Bangun karena kaget dengar suara Adzan keras banget...rupanya di dalam kamar ini dipasangi speaker yang terhubung ke Masjid Nabawi, sehingga suara Adzan bisa kedengaran langsung.. Adzan apa nih ..Subuh ya??..sambil terkantuk-kantuk, kok rasanya cepet banget ya...masih ngantuuuk...walhasil ke Masjid pun terlambat lah... sambil grudak -gruduk buru buru ke Masjid, ternyata jaraknya sangat dekat, cuma nyebrang jalan sudah langsung memasuki area Ruko yang di depan Masjid  .

Subhanallah..Subuh hari itu Hujan turun..nah Hujan kan barang langka di Arab. Karena kami terlambat, akhirnya sholat di halaman, sambil cari cari tenda yang aman dari guyuran hujan. Sambil menunggu hujan Reda, saya dan Ibu saya duduk saja di halaman masjid, menikmati suasana pagi, ketika langit Madinah pelan-pelan mulai terang, garis-garis jingga semburat di langit.Pelan pelan berubah menjadi biru lembut dan burung burung berterbangan di sekitar langit Masjid.

 Hal yang paling saya sukai dari masjid Nabawi adalah suasana melankoliknya, tenang dan memudahkan khusyu. Saya juga paling senang duduk di teras masjid Nabawi pada Subuh dan menjelang Maghrib, apalagi kalau payung tenda nya sedang di tutup, kita bisa melihat langit yang luas penuh dengan warna kuning dan jingga ke emasan , mengitari masjid. (Beda dengan di Makkah, Masjidil Haram, suasananya sangat Dynamic dan bersemangat)

Tahun '98 ketika saya datang ke sini, belum banyak hotel tinggi mengitari Masjid, dan belum terpasang payung tenda, sehingga halaman Masjid sangat OPEN, langit terlihat begitu luas dan cerah, selesai sholat maghrib, saya dan keluarga saat itu duduk saja lesehan di teras, sambil minum teh panas dan roti, menikmati indahnya semburat matahari senja, aneka cahaya emas dan jingga  melingkupi kubah dan menara menara Masjid, burung burung sibuk berterbangan dan ramai sahut-sahutan. ..Syahdu sekali..Sayang saat ini keindahan itu sudah nyaris hilang, tertutup gedung tinggi dan jejeran tenda.

Menjelang jam 6 pagi saya dan ibu saya bergegas kembali ke Hotel, untuk mandi dan sarapan. karena jam 7 pagi sudah harus kumpul di lobby untuk bersama-sama mengunjungi Raudah dan Ziarah makam Rasullullah S.A.W. 

Jam 7 pagi di Lobby Hotel, sudah menunggu pemandu kami, seorang wanita Indonesia yang sudah mukim di Madinah sekitar 4 tahun, ikut suaminya. Suaminya menjadi pembimbing jamaah Umrah mewakili travel kami, sedangkan dia pemandu jamaah wanita. Ada juga seorang wanita yang memakai cadar dan jubah ala wanita Saudi, saya kira orang arab karena pakaian dan cara bicaranya dalam bahasa arab, eh...ternyata orang kita Indonesia dari Jawa Timur, sudah 12 tahun mukim di Madinah, dan bekerja selain sebagai pegawai Masjid Nabawi juga pemandu jamaah dari Malaysia dan Indonesia. Saya pun ngobrol lah tentang kesannya di negri orang..Menurutnya dia senang tinggal di Madinah, karena iklim pergaulan yang Islami sangat baik untuk pendidikan dan ahlak anak-anak nya, sehingga lebih mudah untuk proteksi anak dari aneka tayangan kekerasan dan pornografi. Selain tentu saja bisa mengabdi sebagai staff  di Masjid Nabawi adalah berkah yang besar.




RAUDHAH : ZIARAH KE MAKAM NABI DAN RAUDHAH.

Karena ibu saya pakai kursi Roda, maka oleh asykar saya dan ibu tidak boleh ikut gabung dengan pemandu dan teman-teman lainnya, repotnya ni askar gak bisa bahasa Ingris juga, bisanya nunjuk-nunjuk ke satu arah, lalu saya perhatikan..ooh..ternyata disana sudah berbaris jamaah dengan kursi roda, antriannya lumayan panjang, karena hanya 1 jalur. Maka sayapun bergabunglah dengan antrian tersebut, walaupun ibu saya khawatir karena kami tidak ditemani pemandu, "Nanti kita kesasar.." .."Ya sudah..Bismillah aja Mi, kan sudah beberapa kali Umrah, paling gak beda sama yang dulu lah caranya.." kata saya.. (tentang antrian di area Kursi roda ini bisa di baca di artikel saya sebelumnya)..pada Artikel yang ini, saya ingin cerita pengalaman antri ke Raudhah pada jalur Normal"...

Setelah selesai mengantar Ibu saya sholat di Raudah, saya pun minta ijin ibu untuk pergi lagi sendiri saja ke Raudhah, Ibu saya menunggu di suattu tempat. Sekali ini saya benar2 sendiri, karena rombongan saya sudah selesai duluan. Alhamdulillah nya di masjid ini banyak TKW Indonesia yang bisa ditanyai, mereka  bekerja dibagian distribusi Zam-Zam, dan kebersihan Masjid, mereka memakai seragam coklat muda..Umumnya dari Jawa Barat.

- Di masjidil Haram dan masjid Nabawi, hampir seluruh karyawan wanita adalah dari Indonesia , Umumnya Jawa Barat, jumlah mereka di Masjidil Haram saja ada sekitar 250 orang, dengan gaji sekitar 750 Riyal sebulan.-

Saya bertanya pada mereka jalan menuju Raudhah.. "itu lho buu.."..eh rupanya tdk jauh di depan saya..tapi kok..isinya orang orang pada duduk dengarin ceramah ??? Saya mendekat ragu ragu ke kelompok itu...rupanya akses menuju Raudha itu dibagi dalam antrian  beberapa gelombang, berdasarkan negara jamaah..nah sambil menunggu antrian, para jamaah di suruh duduk dan mendengar ceramah, penceramahnya pun dari masing masing negara..Jamaah Indonesia seperti biasa paling banyak jumlahnya, seorang ustadzah bercadar sedang ceramah dalam bahasa Indonesia yg fasih, sepertinya orang Indonesia yg mukim di Madinah dan sdh direkrut jadi  pengelola Masjid Nabawi. 

Disebelah rombongan Indonesia, duduk juga rombongan dari Iran, lalu dari  Turki, dan negara lain. sambil mendengar ceramah ustadzah masing masing .


OOH..rupanya untuk ke Raudhah gak bisa langsung tancap gas bablas  gitu aja, ada ruang tunggu -1 ( kita duduk sambil dengar ceramah) , lalu kira kira 15-20 menit baru kita di persilahkan masuk ke ruang tunggu -2 : disini kita  bisa duduk dzikir atau sholat sunnah, sambil tunggu jatah gelombang kita (berdasarkan negara asal jamaah) , kira kira 10 menit boleh masuk ke Ruang Raudhah yang diberi pembatas kain. 

 Tiba giliran antrian jamaah Indonesia, para pembimbingnya sibuk "menggelandang" jamaah masing masing, pegangan ya bu...jangan saling dorong, tetap dalam kelompok, jangan terpisah..nanti baca doa ini..itu, yang namanya Raudha adalah yg ini..itu, begitu kira kira sibuknya para pembimbing ngurusin para ibu ibu yg aneka tipe..ada yg nurutan..ada yang ketakutan, pegangan erat erat sama temannya,. ada yg gak sabaran mau nya main nyalip aja, ada yg ha ha hi hi mentertawakan situasi ini,  ada juga yg  badannya gede (kaya saya) dengan pedenya tegak gak bergeming jaga jalur..he he...jadi ingat suasana empet empetan bagi jatah dana keluarga miskin yang di TV itu...rada mirip neh....

Belum lagi teriakan teriakan pembimbing jamaah negara lain yg berantem sama asykar karena ngotot mau ikutan masuk ke Raudhah padahal belum giliran waktunya, belum lagi pembimbing Indonesia yg mungil mungil badannya , tapi astagaa...suaranya makk..bisa keras dan galak ketika adu debat dengan asykar atau pembimbing negara lain, karena jalur jamahnya di serobot negara lain...awalnya saya heran..kok gini amat sih..segitu perjuangannya????...tapi setelah masuk ke dalam ruang Raudhah, sayapun mengertilah, ruangan untuk wanita tidak se lapang ruang untuk pria, mungkin hanya 4 x 7 m, sementara ratusan orang antri diluar, nah..yang di dalam pada kepingin berlama lama, gak mau dijatah waktu, ada yg masih ingin tadarusan di depan makam Rasul, ada yg doa sambil cucur air mata dan belum puas kali "melapor" sama Allah nya, ada yang sujud gak bangun bangun sambil senguk senguk, (saya nyaris tersandung dan menimpa  jamah yg sujud, sungguh bahaya, di saat suasana padat , yg sujud jadi tidak kelihatan) ..jadilah para asykar harus galak, memaksa jamah yg sdh habis waktunya agar keluar , dan menahan jamah di luar agar tertib tidak saling serobot. 

Para Pembimbing Indonesia yg mungil badannya ini (jika dibanding jamaah negara lain yang guede-bongsor) ternyata tidak kalah strugglenya, " Disini bu...sholat disini, cepat cepat, bikin shaff, yang dibelakang bikin pagar betis  , jaga yg lagi sholat, lalu segera gantian ya.."...Alhamdulillah, saya bisa sholat pas di depan, dan langsung tenggelam dalam sholat yg haru..tiba tiba saja keributan, dorong dorong an dan sikut sikutan di sekitar saya seakan menjauh -teredam..Saya tidak berlama lama berdoa, kasih kesempatan yang lain untuk ambil tempat sholat saya dan langsung minggir cari tempat yg agak tenang untuk lanjut berdoa dan dzikir. Meskipun ada Hadist yg menyatakan tempat paling maqbul doa adalah di depan Raudhah, tapi saya percaya, dalam situasi seperti ini justru kelapangan hati  untuk berbagi tempat dan kesempatan kepada sesama saudara kita Muslim, juga InsyaAllah akan  di ridhai Allah, daripada sikut sikutan dan saling dorong atau ngotot menguasai satu tempat berlama lama. 

TERIAKAN vs MENGHORMATI RASULULLAH...

Suasana teriak teriak, adu mulut, saling rebut dan sikut di depan (Makam) Rasulullah SAW itu sangat merisaukan dan memprihatinkan saya...

Saya jadi ingat 25 tahun lalu saya HAJI , saat itu saya masih muda usia 20 an  (sekarang juga masih muda ..he he), waktu itu suasana di Raudhah tidak lah se riuh rendah ini...jatah jamaah wanita untuk ke Raudhah adalah waktu Dhuha..saat itu saya masuk ke Raudhah yg sepenuhnya hanya untuk jamah wanita, jadi tidak sesak dan sempit seperti sekarang ini. Kita bisa lihat Makam Rasullah SAW dan para Shahabat dengan bebas tanpa di batasi tabir, tidak pakai desak desakan, tidak ada keributan dan teriakan teriakan asykar. Mau sholat dimana saja hayuu...mau duduk berlama lama di depan Raudhah pun hayuuu..

Saat itu masih pagi, jadi masih sepi di depan Makam Rasulullah SAW, hanya ada belasan jamaah wanita disana, saya pun masuklah dengan santai sambil melihat lihat interior masjid yang indah, mengagumi plafond kubahnya yg bisa bergeser tanpa suara menguindang  masuknya udara segar pagi...lalu dengan rasa ingin tahu saya berjalan mendekati pagar besi yg melingkupi Makam Rasulullah SAW dan para shahabat, mengintip intip dari celah pagarnya ke dalam ruangan sambil mikir mikir "kayak apa sih Makam Rasululullah??"..."ooh..kayak gini tho ternyata.."....puas celingukan dan lihat lihat ..saya pun duduklah istirahat  sambil dzikir, sambil mikir mikir  "Rasulullah itu seperti apa ya?? Pingin deh bertemu Rasulullah"....sambil juga  pikiran melayang entah kemana mana...susana di ruangan itu tentram, sepi dan lembut...tidak lama masuklah seorang Pak tua yang sudah agak bungkuk dan rambutnya memutih,   menggiring jamah ibu ibu dari Pakistan (sepertinya) ...sesuatu di wajah kakek  itu menarik perhatian saya...wajahnya seperti selalu tersenyum, sorot matanya sangat teduh,  sabar, dan begitu merendahkan diri, terlihat sedikit terharu,  dan..entahlah..saya baru sekali ini rasanya mel;ihat orang yg wajahnya begitu arif dan  menggugah hati.. bahkan wajah para ustad yg banyak saya temui rasanya belum ada yg sedemikian tawadhu nya...

Pak tua itu berjalan dengan penuh hormat memasuki ruangan, bahasa tubuhnya begitu rendah hati  seakan beliau sedang berdiri di depan seorang  raja...lalu dia mengatur duduk para jamah ibu ibu itu, dan mulailah mereka melantunkan  Barzanji (syair puji pujian untuk Rasulullah SAW) ...saya terus amati dengan heran..saya belum pernah dengar Barzanji sebelumnya..yang paling aneh adalah pak tua itu selalu mengontrol suara Barzanji ibu ibu itu agar tetap pelaaan..sangat pelan malah...lembut dan syahdu..ketika mereka agak semangat dikit sehingga suaranya mengeras, dengan tergopoh gopoh beliau menggerakkan isyarat tangan "turunkan volume suara"...kira kira begitu maksudnya..para ibu ibu itu pun patuh...sehingga Barzanjinya sangaaat syahdu., bakan nyaris seperti berbisik.. Aneh...saya berpikir pikir...ini aliran apaan ya???....Tiba tiba seperti ada jawaban yang menyambar masuk ke kepala saya " ITU KARENA MEREKA SEDANG BERHADAPAN DENGAN RASULULLAH"....Astaghfirullah..saya tersentak...Astaghfirullah.. saya gemetar, .terbayang tadi cara saya masuk ke ruangan ini, dengan pongahnya ...seperti turis yang asyik melihat lukisan...celingak celinguk, intip sana sisi ke pagar Makam Rasulullah..hiiii.... seakan akan itu ruangan KOSONG, tidak ada siapa siapa, terbayang tadi saya se enaknya memunggungi dan membelakangi makam  Rasulullah..alangkah sombongnya saya...langsung saya menangis sejadi jadinya...bagaimana bisa saya begitu bodohnya..tentu saja disini  "ada" Rasulullah.bukan sekedar MAKAM....bukankah dalam Al Quran dikatakan "sesungguhnya orang yang berjuang dijalan Allah itu tidaklah Mati?...Rasanya maluuuu setengah mati...malu pada Allah, Pada Rasulullah, pada Shahabat Rasul yang juga dimakamkan di sebelahnya.

Pantaslah pak tua itu sedemikian hormatnya , bahkan tidak berani mengeraskan suaranya, bicara pun bisik bisik, bahkan arah jalannya pun dia atur sepertinya agar tidak memunggungi Makam Rasulullah....Saya juga ingat ada Ayat yang memerintahkan kita AGAR MERENDAHKAN SUARA SAAT BERHADAPAN DENGAN RASULULLAH...dan Pak tua itu paham betul makna ayat ayat itu..Subhanallah...Jelas beliau sangat cinta Rasul..bukan seperti saya yang "cinta Rasul" nya  cuma di komat kamit doang...

Sungguh suatu pelajaran yang berharga..rasanya seperti di "jitak" sama Allah.- skak matt- ..atas ke  "songong an " saya...dan saat itu pun saya pahamlah..seperti apa orang orang yang Cinta Rasul..kira kira seperti pak Tua itulah sikapnya..

so..kehebohan para asykar yang teriak teriak dan marah marah , para pembimbing yang bertengkar, para ibu yang rebut rebutan dan sikut sikutan..bagi saya sangatlah menyedihkan...sadarkah kita sedang berada  di depan Rasulullah???...  Wallahualam Bissawab. 










 




 



Sunday, September 21, 2014

DAY 1 : From Jeddah to MADINAH

Arrived: JEDDAH -King Abdul Aziz Airport

Perjalanan saya memakai Lion Air, sekitar 12 jam perjalanan. makanannya Alhamdulillah enak and kenyang and sering, 3 kali makan plus snack , (Perasaan makan melulu deh)...gak perlu takut lapar di pesawat. tapi..ada baiknya anda siapkan minuman dalam botol mineral buat di bandara Jeddah. minta di isikan pramugari juga boleh. karena ternyata saat kami sampai di Jeddah, sudah masuk waktu maghrib, toko di pelataran bandara pada tutup,  sementara hausnya bangeeet, tapi gak ada minum. selain itu jarak antara tempat tunggu dan toko minuman lumayan jauh.

Dari pesawat kami di masukkan ke ruang tunggu atau istilah saya ruang karantina, karena kita gak boleh keluar dari ruangan tersebut, menunggu selama 1-3 jam untuk dibukakan pintu imigrasi.
Di ruangan tunggu ini sudah ramai beberapa orang yg menawarkan kartu telpon yang bisa dibeli seharga 120 rial, bisa untuk telpon ke Indonesia. Saya tidak tertarik, karena saya kebetulan pakai simpati, sebelumnya kita bisa register ke simpati paket Umrah/Haji, secara otomatis begitu sampai Saudi , telkomsel akan berubah nama jadi nama salah satu provider di sana.
 Dan  kita bisa telpon langsung ke Indonesia tanpa roaming. Tarifnya kalau tidak salah sekitar 6000 untuk 1 menit. lebih baik kita yang telpon ke Indonesia, dari pada sebaliknya, karena kena roaming baik yg di Indo maupun yg di Saudi.

Menunggu giliran cek imigrasi ini gak bisa dipastikan berapa lama waktunya, kalau lagi beruntung, 1 jam sudah bisa antri imigrasi, tapi bisa juga 4 jam kemudian pintu karantina di buka. Alhamdulillah, kami menunggu sekitar 1,5 jam, wanita di minta berbaris duluan dan keluar ruang karantina menuju loket pemeriksaan imigrasi, dari loket itu langsung di arahkan ke ruangan bagasi, sebuah ruangan besar dimana koper-koper kita sudah rapih berbaris berdasarkan travel bironya.

Saya langsung mengambil troley dan mengumpulkan koper-koper saya, karena menurut informasi peraturan terbaru di Saudi, para penumpang harus membawa koper masing2 untuk di masukkan ke scanner. (Sebelumnya, pihak travel lah yang mengurusi koper jamah melewati scanner).Tetapi tidak perlu khawatir angkat koper berat-berat, karena di sekitar meja Scanner, biasanya sudah ada beberapa tenaga kuli angkut yang di sewa biro travel, untuk membantu jamaah nya. Mereka lah yang akan menumpuk koper kita diatas troley dan membawanya ke area tunggu di pelataran luar bandara.

Pelataran tunggu di Jeddah berupa teras  luas yang dittutupi tenda-tenda besar,  lumayan gerah ..tidak ada fan atau AC..ngirit lah..dan haus lah...(nyesel tadi di pesawat gak ngisi termos) . Disini ada tempat duduk untuk tunggu keberangkatan dengan bis. juga ada Toilet yang luas , airnya melimpah (lumayan buat segarkan badan yang lengket selama di pesawat), dan Mushalla yang sebenarnya berkarpet dan sederhana saja, tetapi shalat di situ buat saya terasa nikmat banget, karena bisa meregangkan badan yang pegal duduk selama 12 jam di pesawat. rasanya bersyukur banget Allah kasih kita gerakan Ruku dan Sujud, seluruh urat yang kaku dan nyeri jadi lemas kembali.

Sekitar 1 jam menunggu, bis nya pun siap menaikkan penumpang, kami naik berdasarkan nomor rombongan yg sudah di tempel di depan Bis masing-masing. Ditengah perjalanan kami mampir ke sebuah masjid untuk Shalat Isya,  saya lupa nama masjidnya, tetapi sepertinya Masjid ini jadi tempat singgah banyak jamaah yang menuju Madina. karena sudah malam, kondisi toilet sudah tidak bersih, beberapa kran airnya tidak jalan, malah ada toilet yang berserakan pampers anak di lantainya. Aromanya??...Lumayaaannnn...saran saya , siap siap bawa botol air mineral untuk dapat digunakan di dalam toilet, karena gayung pun terbatas. Tisu Basah akan sangat bermanfaat dalam situasi begini..

Diperjalan kami di berikan makan malam nasi kotak, penasaran dengan menunya?..Ayam panggang Mas Joko (kalau saya gak salah)...lengkap dengan sambal terasi, kerupuk udang dan nasi segunung..jadi serasa travel ke Jawa nih..Kenyang banget, malah banyak yang gak habis..Kalau masalah makanan, Insya Allah tidak ada keluhan deh..Top markotop..

Perjalanan sekitar 4-5 jam , kami sampai  di Madinah sekitar jam 11 malam, di HOTEL Al-HARAM, sebuah Hotel bintang 4 berlokasi di Ring-2 terhadap masjid Nabawi, sekitar 3 menit jalan kaki menuju Masjid. Hal yang saya suka dari hotel ini adalah speaker masjid  yang terhubung ke kamar, sehingga dengan jelas kita bisa dengar suara Adzan, selain itu channel TV yang hanya menyiarkan kegiatan di masjid Nabawi dan masjidil Haram. (Aneh ya, di Makkah malah kita bisa melihat aneka Channel yang tidak Islami)..












JADWAL HAID VS JADWAL UMRAH (ALLAH Pengabul DOA)

Nah, buat para Ladies..yang satu ini mungkin bermanfaat untuk di pelajari:)

Pengalaman saat haji dulu membuat saya waspada dengan jadwal bulanan satu ini, lagi seru serunya ibadah..eh dia datang deh, jadilah selama 1 minggu saya tidak bisa sholat di masjid, tapi sebagai gantinya saya duduk di Halaman Masjid dan berzikir saja sambil lihat2 tingkah polah dan seliweran jamaah dari berbagai bangsa.Waktu itu saya Haji tahun 1997 , jadwal Stay di Saudi 4 minggu. Sekarang, stay nya lebih pendek, kalau tidak salah hanya 3 mingguan, jadi kalau haid..ya berasa bener "kehilangannya"..

Jadi sebelum menentukan tanggal Umrah, saya set dulu supaya gak tabrakan dengan jadwal haid. Tetapi saya punya rencana, Allah punya rencana juga , wk..wk..ndilalah si Haid ini gak keluar sesuai jadwal, panik lah saya. Seminggu sebelum keberangkatan belum juga muncul nih Bulan, lalu saya makan jamu, obat, urut ..gak juga datang bulan..lalu ke bidan, rencananya mau minta pil pengatur kesuburan.....eh malah di omelin habis2 an...".IBU, tolong ya, kalau mau berangkat Haji atau UMRAH, jangan seminggu sebelumnya  datang ke saya..tapi sebulan sebelumnya...supaya bisa dikasih pil pengatur kesuburan..kalau sudah mepet gini ya sdh gak bisa...bilangin sama ibu2 lain juga.."..lalu saya disarankan ke Dokter spesialis kandungan, karena siapa tahu saya Hamil..." Kayaknya gak mungkin hamil deh Dok, sudah 10 tahun saya gak hamil tuh meskipun tanpa KB"..saya ngeyel..eh..dimarahin lagi saya " Ibu jangan takabur...mana tahu hamil.."..'Astaghfirullah, iya juga ya"...walaupun kesel di omelin, tapi saya terima juga deh omongan bu bidan yang lagi jutek ini, he..he..

walhasil saya pun ke dokter kandungan, .."gimana nih Dok?..hamil gak?.."Gak kok bu, tapi ini dinding rahim sudah tebal, perkiraan saya 3-4 hari lagi bakal haid".."yah Dok, gimana dong, berarti saya haid nya disana dong..".
."kalau menurut saya, yang namanya Umrah itu kan kita harus Ikhlas, Bu..ya sudah di- ikhlas kan saja, kan Allah juga tahu niat kita ibadah, lagian Haid itu kan proses alami, Allah juga yang kasih"...lha..aku malah di "ngaji-in" sama Dokter, (padahal maksudnya minta obat, yang dikasih obat hati, he..he...)
Saya: masih ngeyel..." emang iya sih Dok, harus Ikhlas, cuma masalahnya saya ini dorong ibu saya di kursi roda, kan kasihan kalau ibu saya gak bisa masuk masjid, nanti thawaf dan Sa'i nya gimana?"..."Gini aja Dok, gimana kalau 2 -3 hari ini saya dikasih obat percepat Haid, lalu setelahnya dikasih obat penghenti Haid?"saya sok diskusi pinterr sama Dokter,akhirnya Dokter yang jadi ikutan mumet memberikan obat seperti yang kami diskusikan.

Obatnya saya minum, tapi sudah 3 hari kok gak keluar juga nih Haid?? wah..bener-bener Allah lagi ngajak becanda nih...semua upaya sudah ditempuh, akhirnya saya pun pasrah lah..Ya Allah, ini semua pasti bagian dari rencana MU , Ya kan???;;;udahlah, dari pada stress mikirin Haid , jalani ajalah apa adanya..

Kalau sebelumnya doa nya gencar supaya Haid segera, maka sekarang banting setir , doanya ganti jadi " Ya Allah, ijin kan aku sholat di masjid Nabawi dan Masjidil Haram"...

Selama di pesawat, bolak balik saya ke kamar mandi, periksa apakah Haid atau tidak? 
kami sampai di Jeddah maghrib,ternyata saya masih bisa sholat maghrib di Bandara Jeddah..
BTW,  inilah salah satu sholat yang paling indah , setelah 12 jam duduk saja di pesawat, pinggang rasanya kaku n ngilu,Alhamdulillah saat bisa sholat secara normal, dengan  rukuk dan sujud.rasanya urat yang kaku ketarik semua,  nikmaaattt banget sholatnya, pegel-pegel jauh berkurang.  

Kami sampai di Madinah malam jam 10 an, (dapatnya  Hotel AL-HARAM , bintang 4, dan jarak ke masjid hanya sekitar 3 menit jalan kaki).harus istirahat karena besok paginya setelah shubuh, kami harus kumpul di LOBBY untuk di pandu ziarah ke Raudhah. Alhamdulillah, hari pertama di Madinah saya masih bisa dapat sholat shubuh, ziarah ke raudhah, sampai sholat maghrib.

 Dan..Bom waktunya pun tibalah, menjelang Isya..saya pun Haid lah.(padahal obat penahan haid dari Dokter spesialis kandungan gencar saya minum) .haduhhh, sedih juga nih, tapi Alhamdulillah sudah sempat sholat di masjid Nabawi dan sudah Ziarah ke Makam Rasul. bukankah saya selalu doa supaya di ijinkan sholat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, Allah sudah kabulkan yang pertama, tapi gimana dengan nanti di Makkah???...

Saya pun "lari" lah ke Ustadz pembimbing,,
" Pak ustadz, kalau haid begini, apakah bisa tetap ber UMRAH?"

 Pak Ustadz yang sudah lama mukim di Makkah ini pun berkata " IBU...berdoa sama Allah minta supaya haid nya di hentikan, lalu minum air Zam-Zam sebanyak-banyaknya..Insya ALLAH, besok PASTI berhenti haidnya"....wah, mantab n Yakin Haqqul Yaqien pak Ustadz.
Dalam hati saya : lha .udah gitu aja?? cuma minum Zam_Zam??

." Insya Allah pak, tapi kalau ternyata belum berhenti juga, apa yang harus saya lakukan?"..saya ngeyel.(.ketahuan banget ceteknya kadar "keyakinan" saya pada ALLAH, Astaghfirullah..)
"Kalau belum berhenti juga , ibu tetap berniat IHRAM saat  kita MiQAT nanti, lalu Insya Allah sekitar 2 hari saya yakin haidnya sdh berhenti , Ibu mandi Janabat, lalu baru boleh ke Masjid untuk meyelesaikan seluruh prosesi Umrahnya"
"wah..berat juga ya Pak Ustadz, berarti selama beberapa hari itu posisi saya dalam keadaan HARAM kan?

 " Iya.." kata pak Ustadz kalem, padahal saya sdh ketar ketir, posisi HARAM itukan berat, gak boleh terlihat aurat oleh siapapun, gak boleh asal garuk, nanti takut rambutnya atau kulit rontok, gak boleh bicara sembarangan, dan serangkaian larangan lainnya, yang kalau dilanggar bisa kena DAM atau bahkan membatalkan UMRAHnya.
saya pun termangu-mangu..ini lah cobaan dan ujian dari ALLAH untuk saya, Pak Ustadz pun menguatkan hati saya dengan meyakinkan minum Zam-zam sebanyaknya dan doa minta pada Allah, BESOK PASTI BERHENTI HAID nya.

Sayapun minumlah Zam-Zam sebanyak banyaknya sambil terus berdoa (sambil juga minum obat penahan haid dari dokter) , sekali ini doanya saya rubah (lagi),," Ya Allah, tolong hentikan Haid ku, dan tundalah sampai aku pulang ke Indonesia, dan ijinkanlah aku mengikuti semua kegiatan selama di tanah suci Mu ini"...Soalnya saya baru sadar doa saya sebelumnya kurang tepat, saya "cuma" minta di ijinkan sholat di masjid Nabawi dan Masjidil haram, tapi lupa ada acara ke Masjid Qubaa, padahal ada Hadist yang mengatakan keutamaan Sholat di masjid Qubaa, sama seperti mengerjakan Umrah, Ya Allah..rugi banget rasanya..

Tapi dari sini saya sadar "jeweran" dari Allah, bahwa saya harus berprasangka baik sama Allah, Allah mengabulkan doa kita  itu benar banget  adanya, buktinya saya minta bisa sholat di Masjid Madinah di kabulkan, tapi gak bisa sholat di masjid Quba..lha wong saya gak minta..he..he..kalau istilah orang Betawi
 " Ente Minta..Ane kasih.."

Ternyata Allah (kembali)  kabulkan doa saya, dan membuktikan pada saya bahwa sama Allah itu kudu percaya gak boleh ragu, percaya seperti Haqqul yaqien nya pak ustadz,karena:
 hanya dalam 1 hari saja HAID saya pun berhenti total....Subhanallah..Alhamdulillah...beginilah cara Allah mendidik saya, sekian banyak upaya, dana  yang saya lakukan di tanah air untuk mengatur jadwal HAID (saja),semuanya gagal total, rencana saya gak bisa melawan rencana ALLAH, bahkan untuk urusan yang paling sepele pun.. kalau Allah bilang KUN..FAYAKUN....Allah ajari saya agar jangan sombong,  jangan sokmenggunggulkan  teknologi , punya dana, merasa educated n smart  untuk mengatur ini itu maka rencana kita bakal selalu terlaksana, padahal semuanya terlaksana hanya dengan ijin ALLAH.

Alhamdulillah, saya pun akhirnya bisa Sholat lagi di masjid Madinah, kareana Haid saya hanya 1 hari, dan bisa Umrah dengan "normal" seperti jamaah lainnya, mengikuti semua prosesi dan jadwal yang di buat panitia, hampir selalu saya doa " YA Allah, ijin kan saya mengikuti seluruh kegiatan di tanah Suci Mu ini, tundalah Haid ku sampai aku pulang ke tanah air"
Kalau dipikir2..konyol juga ya..bagaimana urusan Haid ini jadi bikin mumet dan mendominasi doa saya.. sampai akhirnya kami pulang ke tanah air, turun dari pesawat, dalam perjalanan ke pengambilan Bagasi , tiba-tiba saya merasa ingin ke Toilet..dan..Subhanallah...ternyata haid saya sudah keluar cukup banyak tanpa saya sadari...Masya ALLAH..saya jadi ingat doa saya " TUNDALAH HAID saya SAMPAI SAYA KEMBALI KE TANAH AIR.."..dan ...begitu kaki saya  menginjak bandara Sukarno Hatta , doa saya langsung di kabulkan...Astaghfirullah..Subhanallah..Walhamdulillah...

psst...harusnya doa saya "tundalah haid saya sampai saya kembali ke rumah"...begitu pasti lebih nyaman buat saya..wk..wk...halah dasar...

Kejadian ini sengaja saya share, bagi para LAdies yang mungkin mengalami hal yang sama saperti saya saat UMRAH atau HAJJI...Semoga Bermanfaat..Wallahu 'alam Bissawab.










Saturday, June 7, 2014

Umrah bagi Jamaah Dengan Kursi Roda

Umrah Bersama Kursi Roda
*******************************************************************************************


Urusan kursi Roda ini rada simpang siur informasinya.

Suami saya tanya ke temannya yang PILOT pesawat Lion Air yang biasa bawa jemaah umrah. Katanya
 " Kursi rodanya bawa saja sampai ke pesawat, nanti serahkan ke pramugari, biar mereka yang simpan"..Naah lega deh hati, berarti Insya Allah  Ibu saya gak perlu khawatir ke capean berdiri/antri kelamaan baik saat di Imigrasi di Indonesia, maupun di Saudi.


Tetapi ketika ditanya ke Pengurus Umrah jawabannya beda lagi " Kursi Rodanya harus masuk bagasi, nanti dari pihak pesawat  akan sediakan kursi roda , jangan khawatir".
Masalahnya kalau di Indonesia sih saya gak khawatir, tapi di negri orang sana gimana ya??

Akhirnya saya memilih memasukkan kursi roda ke bagasi saja... kursi Roda itupun masuk bagasi bersama koper besar kami, sehari sebelum keberangkatan dia di serahkan ke panitia untuk di bungkus dengan Plastic  "wraping"  (harganya Rp.50 ribuan). saya baru akan melihatnya lagi nanti di Jeddah, setelah ambil bagasi.

Ternyata apa yang saya kuatirkan jadi kenyataan ( saya salah kali ya, harusnya gak usah punya pikiran aneh-aneh, ntar malah terjadi betulan deh).
Begitu sampai di Jeddah, para lansia yang pakai kursi roda tidak boleh kami dampingi, kami dipersilahkan turun duluan,  mereka akan di urus oleh para pramugara/i ke suatu kendaraan khusus yang akan membawa mereka ke ruang tunggu.

kami tiba lebih dulu Di ruang tunggu (saya menyebutnya "ruang karantina") yaitu  ruang   besar yang menampung seluruh penumpang pesawat, kita menunggu, biasanya  sekitar 1-4 jam sampai diperintahkan  untuk  antri ke loket imigrasi, selama itu tidak boleh keluar ruangan.  .

Kendaraan lansia itu datang sekitar 15 menit kemudian, seperti bis 2 lantai , dengan lantai tingginya sejajar pintu pesawat, sehingga para lansia tidak perlu turun tangga, lalu  tiap 4 orang diminta keluar untuk berdiri di anjungan terbuka seluas 1.5 x 2 meter, berpegangan pada pagar anjungan  , lalu pelan pelan anjungan itu turun (seperti lift )  sampai menyentuh tanah di depan pintu masuk ruang karantina .

Para Lansia itu saya lihat rada "keder" juga, maklumlah ada yang berdiri aja sudah goyang-goyang, ada juga yang sudah meringis kesakitan gak tahan berdiri, saya juga deg-deg an, pasalnya  di anjungan itu mereka tidak di dampingi crew, yang ada hanya seorang petugas bandara di depan pintu ruang karantina yg hanya berdiri saja mengawasi mereka, lalu berteriak memanggil kami para anggota keluarganya untuk menjemput di balik pintu , itupun kami tetap tidak dibolehkan menjemput  keluar pintu ruang karantina.

Seorang jamaah sampai geleng kepala " Ya Allah  itu petugas, mbok ya di bantu pegangin, kalau jatuh gimana?.sayapun melihat pemandangan itu jadi  miris ;  para lansia itu saling berpegangan , jalan pelaaan pelaaan menuju pintu ruang tunggu.Ujian ketabahan  dalam Umrah ini sudah dimulai bagi mereka, bahkan sesaat baru turun dari pesawat.

Ada sekitar 12 lansia yang perlu kursi roda, tapi di ruang tunggu hanya tersedia 2 buah kursi roda milik bandara . Siapa yang kebagian kursi roda adalah berdasarkan selera si petugas saja, dia akan menunjuk lansia yang menurutnya paling 'parah', yang lainnya silakan jalan.

Sekali lagi disini kesabaran kita dan orang tua yang kita bawa di uji, dari pada ngedumel panjang pendek, lebih baik berdoa minta pada Allah supaya fisik kita dan orang tua di kuatkan,kuat antri dan berkegiatan lainnya  meski tanpa kursi roda, kita berprasangka baik saja pada Allah, bahwa yang gak kebagian kursi roda itu, berarti menurut Allah memang masih kuat berjalan.

Saya melihat ada jamaah yang lapor ke pembimbing nya, minta di carikan kursi Roda, tidak lama datanglah seorang warganegara Pakistan membawa kursi roda untuk jamaah lansia dimaksud, setelah tanya2 biayanya sekitar 100-200 riyal, lumayan juga yah. Tapi memang saya melihat petugas itu dengan sigap membawa pasiennya paling duluan keluar  antrian, (kalau pakai kursi roda memang di prioritaskan dalam antrian). 

Ibu saya ogah di sewain kursi roda waktu dengar harganya 200 riyal,- he he..mendingan buat oleh-oleh ya Mak. - " aku masih kuat kok." katanya ..wah semangat  juang 45 rupanya.  Maka beliau ikut antri imigrasi, lumayan panjang antriannya, lalu dari loket imigrasi diarahkan ke ruang pengambilan bagasi, Disana ternyata koper seluruh jamaah sudah berbaris rapi. saya cepat2 cari troley dan mengumpulkan bagasi saya , karena katanya ada peraturan baru yang lebih ketat  dari pemerintah Saudi ,bahwa sekarang jamaah harus membawa sendiri koper dan bagasinya untuk di perlihatkan pada petugas sebelum keluar bandara. (Dulu jamah hanya terima jadi, bagasi sudah nunggu  duluan di halaman bandara, jamaah hanya perlu bawa tentengan masing-masing saja). 


BER KURSI RODA Di Masjid Nabawi- MADINAH  :

Buat para "Kursi Roda -is" sholat di dalam Masjid Nabawi gak bisa bebas dimana aja, ada tempat2 tertentu yang diarahkan para asykar. Biasanya shaf kursi roda ada dekat pintu masuk. Kursi Roda di jejer sehingga membentuk shaff, Nah repotnya kita yang dorong ini gak bisa sholat di sebelahnya, kita harus cari tempat sholat lain yg terdekat.  Yang agak bebas sih ya sholat di halaman Masjid saja . Bisa sebelah-sebelahan.

Bagaimana kalau mau ke Raudhah??..ternyata ada jalur khusus juga, antri masuknya, jalur kusi Roda  dipisahkan oleh tirai dan dijaga ketat asykar, jadi gak bisa menyerobot. Antrinya Lumayaaan bikin pegel kaki yang dorong, he..he (Kalau yg di dorong kan duduk, gak pakai pegel), rasanya dari dalam area sholat wanita sampai ke depan Raudhah itu saya antri hampir 1,5 jam, padahal jaraknya cuma 10-15 meter.  Ya sudah sambil antri, kita baca doa doa yg ada di buku panduan aja. itu juga begitu melihat pagar hijau makam rasul (meskipun belum sampai Raudhah) hati ini sudah gak tahan, langsung bercucuran air mata.Pemandangannya di arena itu seragam, Sambil dorong kursi roda , sambil baca buku doa, sambil nagis senguk senguk. Hampir semua jamaah "pendorong" begitu .   

Karena Area di Raudha itu sempit dan itupun harus di bagi/dipisah dengan tirai antara jamaah biasa dengan jamaah kursi Roda, maka area  sholat jamaah kursi roda hanya sekitar 3 x 3 m, muat sekitar 15-20 kursi roda di "empet-empet in" .
 Tiap shift diatur asykar membentuk shaf, lalu dikasih kesempatan buat sholat dan doa sekitar 10 menit, malah kadang cuma 7 menit. Lha terus yang dorong piye??, ya sholatnya nyempil di barisan paling belakang, itupun sempiit banget, buat ruku aja susah, Kalau sujud..kepala menjulur ke sela-sela roda. Tapi Alhamdulillah -lah, dari pada gak dapet sholat. Soalnya sholat di area kursi Roda itu lebih tenang, tertib dan khusyu dibandingkan di bagian orang "normal". Waah, Kalau di sana, serasa sholat di arena perang, sikut2 an, dorong2 an, rebut2 an and kuat-kuat an.

Alhamdulillah ibu saya dapat tempat paling ujung kiri depan, masuknya paling duluan, keluarnya paling belakangan, jadi waktu doanya lebih panjang. yang "nyesek" yang masuk paling belakangan, baru doa sebentar , asykarnya sudah suruh bubaran gantian dengan shift berikutnya. Mungkin ini ReZeki Allah, karena tadi ada ibu2 tua yang gak tau kalau harus antri, main nyelonong aja ke depan, lalu di amuk-amuk sama asykar yang berteriak-teriak, akhirnya saya kasih si ibu masuk kedepan barisan saya, dari pada ribut.

Saya ingat ada ayat Al Quran yang memerintah kan kita untuk "Merendahkan suara" di hadapan Yang Mulia Rasulullah. Dan .semoga kita juga tidak lupa ayat Al Qur an yang mengatakan "bahwa Rasulullah dan orang-orang yang Berjihad itu "tidak mati" tetapi mereka itu tetap "hidup", bayangkan Rasulullah berdiri dihadapan kita, menyambut kita, kita bertamu ke hadapannya, tapi kitanya saling teriak, saling sikut, rebut2 an tempat, dorong-dorongan. pasti Sedih hati Rasulullah melihatnya. Wallahu'alam Bissawab. 
    

BER"KURSI RODA " di MASJIDIL HARAM -MAKKAH 

Bagi Jamaah dengan KURSI RODA di MAKKAH, untuk kegiatan Sholat tidak ada pengaturan khusus area kursi roda seperti di Madinah. Tetapi tentu saja harus pintar2 cari jalan masuk dan bersegera ke masjid agar bisa dapat tempat di lantai dasar. Masjidil Haram memiliki banyak tangga-tangga, sehingga akan kesulitan jika terlambat datang, harus turun tangga  ke lantai Basement.Kebayang repotnya angkat angkat kursi roda di sepanjang tangga...ngos-ngos an...

Atau bisa juga masuk ke area Thawaf  Lingkaran di lantai 2, area ini di prioritaskan bagi Jamaah Kursi Roda, baik yang ingin Thawaf maupun sholat.  Ada Ramp khusus yang dapat di akses dari halaman luar masjid sampai masuk ke dalam area masjid, khususnya area Thawaf Lingkaran. Di area ini tidak terlalu padat. Bahkan untuk Thawaf pun nyaman dan tidak terlalu melelahkan. Kita dapat melihat Ka'bah sampai atapnya dari sini, termasuk melihat betapa menakjubkan dan dasyatnya arus padat jamaah yang sedang thawaf -berputar putar di lantai dasar; diringi  lantunan doa thawaf yang bersahut-sahutan, bagaikan suara dengung ribuan lebah  Pemandangan yang sangat membekas di dalam jiwa. 

Kalau dulu jamaah kursi roda masih boleh Thawaf di depan Ka'bah langsung ( di lantai dasar), sekarang sama sekali dilarang. (karena Sudah pengalaman di usir asykar, he..he). Karena itulah oleh Ustad pembimbing, saya disarankan hari pertama di Makkah agar sewa kursi roda aja + jasa pendorongnya,  (meskipun saya sudah bawa kursi roda sendiri dari Indonesia) ,karena dia lebih tahu jalan jalan masuk ke area Thawaf  dan SA'I yang baru, dan dia akan mengajarkan pada kami jalur-jalur khusus ini agar kami nanti bisa jalan sendiri tanpa di pandu. .

Jasa Pendorong Kursi Roda 300 riyal, (sudah termasuk Kursi roda nya, yang sebenarnya  boleh kita pakai selama kita di Makkah) , dan kita di tuntun membaca doa-doa serta sholat di tempat2 yang mustajab, termasuk pada saat SA'I.
Untuk mendapatkan pendorong nya orang indonesia, harus booking dulu minimal sehari sebelumnya  ke panitia, karena tidak bisa dadakan. Sebenarnya bisa saja kita pakai jasa orang Arab yang memang sudah stand by di depan pintu masuk area Thawaf, mereka biasanya dikenali dari seragam Rompi, tetapi kurang sreg rasanya, karena mereka cenderung buru-buru mendorong kursi rodanya, kadang kadang sambil lari-lari, malah salip salip an dengan sesama rekannya.. kan gak seru, maunya khusyuk kok malah  serasa jadi peserta  "Balap Formula One". he he

Kami dapat Orang Indonesia asal Madura, begitu sampai di Makkah, kami ke kamar hotel untuk meletakkan koper, tidak lama pintu diketuk, ternyata seorang ustad yang akan membawa dan mendorong Kursi Roda kami, dia  sudah siap dengan berpakaian Ihram. Langsung dia mendorong Kursi Roda Ibu saya, saya ikut dampingi di sebelahnya, sambil menuntun arah jalan yang harus kami ingat, karena besok-besok kami harus jalan sendiri. jalur kursi Roda memang beda dengan jalur pejalan kaki.

Selesai Thawaf di lantai 2 Lingkaran, kami dituntun sholat, lalu Minum air Zam zam lengkap dengan tata cara dan doa-doanya, langsung dibawa lewat jalur khusus kursi roda ke area SA'I . Sa'I juga memiliki jalur khusus Kursi Roda. nah buat yang mendampingi, area SA'I ini lantai licin, yang dorong kursi roda jalannya cepat, saya sampai harus setengah berlari mendampinginya, sambil menahan kaki agar tidak tergelincir karena lantai licin, sementara saya harus menutup aurat dengan kaus kaki..akibatnya betis saya nyaris kram karena kelelahan, saya jadi ingat bahwa lain kali, baiknya pakai kaus kaki yg bawahnya ada lapisan karetnya, atau pakai sepatu kain (semacam sepatu tidur) yg bawahnya berkaret, agar tidak naik betis.

Nah, kalau anda sudah bawa kursi roda sendiri dari Indonesia, dan tidak merasa perlu sewa lagi, Bisa saja, hanya saja harus kenal jalur2 khusus Kursi Roda, ada baiknya di tanyakan pembimbing anda, pada orang sekitar, atau Orang Indonesia yang kerja di sana. Kalau anda wanita, bisa tanyakan pada Petugas Wanita berseragam Coklat yang mengurusi Air Zam-Zam dan kebersihan masjid.,meskipun bercadar, jangan khawatir , mereka bisa bahasa Indonesia, karena... mereka ini hampir seluruhnya Orang Indonesia, umumnya dari Jawa barat.


Oh Ya..RAMP kursi Roda menuju area Thawaf lingkaran  berada di arah sebelah kanan "Jam Besar " yang ada di Halaman Masjidil Haram. Jam ini sering jadi Patokan jamaah untuk menentukan arah. terletak tepat di halaman pintu masuk HOTEL ZAM-ZAM.

Semoga bermanfaat..Aamiin.

Monday, March 7, 2011

Mencari Biro Umrah yang dapat Dipercaya

"Cerdas-Cermat Memilih Biro Umrah " 

Niat Umrah tiba-tiba saja muncul dari ibu saya yang sudah sepuh (72 tahun), dan itu pinginnya Bulan Rajab, gara2nya mami saya  baca buku tentang keutamaan Bulan Rajab.

Pada Bulan itu perintah Shalat di turunkan dan Rasulullah S.A.W Isra-Mi'Raj . Pada bulan itu permohonan kita dikabulkan, Insya Allah. Kok Bukan Bulan Ramadhan??? Kalau Bulan Ramadhan itu juga Bulan Berkah, tapi kan lebih mahal dari bulan biasanya, jadinya ibu saya ngotot pingin bulan Rajab.

Sayapun  buru-buru hunting, karena tahun 2014 bulan Rajab jatuh pada Bulan Mei. padahal saat itu sudah bulan Maret. Akhirnya tante saya yang sudah bolak balik Umrah menyarankan saya untuk ikut biro Umrah langganan nya, biro Umrah ini memang sudah lama berdiri, lebih 10 tahun, dan dikalangan travel lain juga sdh dianggap senior.
Mereka bahkan sudah punya bis sendiri dan restoran sendiri di Saudi sana.  (Ibu saya 5 tahun lalu pernah juga sih pakai biro umrah ini) ;
Dari pada mumet pakai yang belum kenal, takutnya kecewa, apalagi saya bawa orang tua yang sudah sepuh, sedapat mungkin cari yang hotelnya dekat ke masjid dan makannya Oke.
Nah Biro Umrah langganan Tante ini biasanya hotelnya selalu dekat Masjid baik di Madinah maupun di Makkah, dan berbintang 4 atau 5. Dan tante saya jamin InsyaAllah gak kecewa deh, lagian saking seringnya umrah , tante saya sampe kenal sama yang punya biro Umrah. Pas Ulang tahunnya Biro Umrah itu tahun lalu, malah tante dikasih hadiah Umrah gratis (Haaa...mauuuu)

Sebenarnya saya juga coba-coba cari alternatif lain dengan searching di internet, tapi kok ya harganya lebih mahal ya? Padahal saat itu saya daftar umrahnya boleh dibilang dadakan 1 bulan sebelum keberangkatan, tapi Alhamdulillah masih dikasih harga Promo dari sekitar $ 2.200 menjadi $ 1.700  Lumayan banget kan hematnya.

Harga segitu awalnya  $2.200 an , lalu karena ada promo HUT biro Umrahnya sehingga menjadi $.1900, lalu kalau bayar tunai seminggu setelah daftar, dapat diskon $.100, lalu kalau kita pernah ikut umroh sebelumnya dengan mereka (tunjukkan  sertifikat) maka diskon lagi $100. 

 Sebenarnya ada juga sih saya lihat di koran Biro Umrah yang kasih harga $1.700 an juga, malah ada juga yang lebih murah, cuma karena saya belum "kenal" jadi gak berani ambil resiko.

Jadi Tips memilih Biro Umrah kalau menurut saya: 

1. Cari dari referensi teman atau saudara yang sudah pernah pakai jasanya biro tersebut. 

2.Lihat jam terbangnya, alias berapa tahun dia sudah ber operasi di bidang ini. 

3.Kalau harganya miring, pertegas ke mereka mengenai fasilitasnya. Karena kalau agak murah biasanya lokasi penginapan agak jauh. Pastikan kualitas penginapannya, hotel bintang berapa, nama hotelnya, berapa jauh ke masjid (Ring-1, Ring-2 adalah yang paling dekat) , bisa jalan kaki kah ? atau harus naik kendaraan ke masjidnya. Sekamar berapa orang ,dsb. Kadang2 ada hotel yang suplai air bersih nya dibatasi/ terbatas, maklumlah di Arab kan air barang langka, pengelola hotel harus beli, sementara orang Indonesia kan borooosss banget sama air, kayak Ikan aja. he..he
  
4. Cek Lokasi dan fasilitas hotelnya di Google.

5. Pastikan juga fasilitas makan pagi, siang dan malam, apakah tersedia 3 kali? Karena waktu saya di Madinah, cari rumah makan  agak jauh jalannya dari masjid ( cape and repot kalau bawa orag tua) lalu menunya bukan menu Indonesia. Waktu di Mekkah saya pernah makan di food court (di Mall , di bawah lokasi Hotel Zam-Zam ), yang paling murah 25 Rial  alias hampir 75-80 ribu se porsi (hanya saja porsinya rada banyak sih, bisa untuk 2 orang). Menunya rata2 Arab banget..lalu setelah ngider2 saya pun mencoba menu Turki..lumayanlah, rada cocok dengan lidah Indonesia.

6. Kalau usia anda masih dibawah 40 tahun, jarak hotel agak jauh sih gak apalah, kan tiap langkah ke Masjid itu ber pahala. Cuma kalau yang badannya "manja" (kayak saya),  bolak balik Masjid- Penginapan 3-4 kali sehari itu lumayan bikin teler. (Padahal hotelnya dapat di ring 1 (Hotel Zam-Zam Makkah, bintang 5 ) dan ring 2 (Hotel Al-Haram - Madinah, Bintang 4 ). 

7. Jangan lupa minta alamat dan telpon perwakilan mereka di saudi , baik di Jeddah, Makkah maupun Madinah. (Biasanya tim mereka disana adalah orang Indonesia juga) . 

8. Perjelas juga apakah harga yang ditetapkan sudah/belum termasuk Handling Paket (Koper, seragam, buku panduan, dll) plus  airport tax dan pengurusan Pasport + Visa. Kalau saya dikenakan biaya ini sekitar 1,2 juta , belum termasuk urus pasport (pasport saya urus sendiri)

9. Pasport biasanya kalau kita minta diurus oleh panitia dikenakan biaya Rp.700.000 s/d 1 juta an . sedangkan kalau kita urus sendiri ke imigrasi biayanya sekitar Rp.275 rb. 

10. Terakhir dan terpenting ; Doa dan Sholat mohon ditunjukkan Biro Umrah terbaik untuk kita, diberi teman sekamar yang cocok, akur  dan sholeh, supaya saling memberi semangat untuk ibadah dan  rajin ke mesjid, soalnya suka adaa aja godaan buat tidak pergi ke mesjid :)
.

Catt: Buat yang bawa orang tua yang sudah sepuh, bisa bawa kursi roda dari Indonesia. Tanyakan pada Biro anda , hal ikhwal prosedur Kursi Roda ini.
 (Bisa juga Lihat juga artikel saya tentang " Umrah bersama KuRSI Roda" )